Digitalisasi adalah Kunci UMKM Bangkit di Masa Setelah Pandemi

Jakarta – Setelah selesainya masa pandemi Covid-19, mau tidak mau Digitalisasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi sebuah keharusan. Strategi ini adalah solusi terbaik yang dinilai paling tepat sasaran.
Program go digital ini harus ada kolaborasi umkm dan digital agency jakarta. Berdasarkan statement salah satu pejabat perbankan Edy Supriyadi “pandemi Covid-19 telah berdampak kepada debitur. Menurut dia, ada sebanyak 42,8 persen debitur kredit mikro yang terdampak dengan jumlah baki debet terdampak mencapai 55,2 persen. Adapun debitur kredit ritel terdampak sebanyak 29 persen dengan jumlah total baki debet terdampak sebesar 38,2 persen.
Baca Juga : Digital Banking: Pengertian, Layanan, dan Kelebihannya
Selama beberapa tahun terakhir, berbagai platform e-commerce bermunculan di tanah air dan tumbuh dengan drastis. Bank Indonesia bahkan menyebutkan bahwa di tahun 2019, jumlah transaksi e-commerce per bulannya mencapai Rp 11–13 triliun. Berdasarkan prediksi McKinsey, pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat delapan kali lipat dari total belanja online senilai US$8 miliar pada 2017 menjadi US$55 miliar hingga US$65 miliar pada 2020.
Semakin berkembangnya pasar e-commerce ini, turut mengubah gaya hidup masyarakat dalam sistem pembayaran. Data Survei Perilaku Belanja Online 2019 yang dirilis Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT) menunjukkan pembayaran secara elektronik lebih banyak diminati. Walaupun belanja dilakukan secara offline, seperti di pusat perbelanjaan, tetapi sebagian besar (70%) responden melakukan pembayaran secara elektronik. Pembayaran elektronik diminati baik oleh laki-laki maupun perempuan dan di semua kelompok usia.
Baca Juga : Tips Menyisihkan dan Mengatur Gaji Bulanan Lewat Rekening Online
Data juga menunjukkan, awareness masyarakat terhadap keberadaan e-commerce pun sudah cukup tinggi. Tingkat awareness kunjungan dan pembelian yang tinggi pada e-commerce telah mendorong pada cara pembayaran secara elektronik. Saat ini jenis pembayaran yang paling banyak dilakukan ketika belanja online adalah dengan cara mentransfer uang melalui internet banking atau mobile banking (37%). Cara ini telah menggeser cara transfer melalui ATM (20%). Sementara itu, uang elektronik berada di urutan ketiga sebagai alat pembayaran ketika berbelanja di e-commerce
Baca Juga : Perjuangan Empat Sahabat dari Desa Dirikan Bisnis Digital Kasir Pintar
Menariknya, digital banking solution atau payment gateway menjadi cara yang banyak dilakukan ketika berbelanja di e-commerce. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa konsumen telah memanfaatkan sistem pembayaran nontunai dalam transaksinya. Hal ini tentunya membuka peluang layanan keuangan berbasis teknologi untuk terus berkembang di Indonesia, salah satunya industri pembayaran digital. Uang elektronik pun diprediksi akan semakin banyak diminati dalam setahun mendatang dan menggeser cara transfer melalui internet banking atau mobile banking yang saat ini paling banyak dilakukan.